Rabu, 17 Oktober 2012

Pertamina Bantah Kelangkaan BBM di Sulbar

Jumat, 4 Mei 2012 | 11:45 WIB



Sudah sepekan lebih pasokan bahan bakar minyak di wilayah Majene tersendat. Akibatnya, warga harus mengantri berjam-jam sebelum mendapatkan BBM.

MAJENE, KOMPAS.com - Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (bbm) sejak sepekan terakhir di Majene, Sulawesi Barat membuat warga di wilayah ini kerepotan. Mereka harus mengantri di depan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) hingga berjam-jam lamanya.

Distribusi bbm yang tidak lancar dari Depo Pertamina Parepare ke Majene dan Sulawesi barat, membuat SPBU di wilayah ini hanya beroperasi beberapa jam dalam sehari. Setiap SPBU mendapatkan jatah 16.000 liter yang habis hanya dalam hitungan enam jam. Namun demikian, Pertamina Depo Parepare yang mebawahi wilayah Majene dan Sulawesi Barat membantah adanya kelangkaan bbm.

Kepala Humas Pertamina Depo Parepare, Rosina Nurdin yang dihubungi via telepon, Jumat (4/5/2012) menegaskan, tak ada kelangkaan BBM di wilayah Sulawesi Barat, termasuk Majene. Rosina mengatakan, antrean panjang di SPBU terjadi karena keterlambatan pasokan BBM ke SPBU karena kendala transportasi dan jarak.

Namun, alasan Pertamina dinilai tak logis oleh sejumlah konsumen. "Jika selama ini Pertamina bisa mendistribusikan BBM dengan lancar ke semua daerah di Sulbar selama bertahun-tahun, kenapa mesti tersendat selama sepekan lebih?" kata Rahman, sopir angkutan lintas provinsi.

Sementara itu, Rubama, pemilik SPBU di Kecamatan Lembang Majene menduga antrean panjang yang kembali terjadi sejak sepekan terakhir, selain karena keterlambatan suplai, juga ada peningkatan jumlah kendaraan. Di SPBU Lembang Majene misalnya, sejak pagi ditutup pemiliknya lantaran stok bbmnya habis. Kejadian serupa ini sudah berlangsung sepekan lebih.

Para pengendara yang datang ke SPBU hanya lalu lalang di sekitar SPBU sebelum memilih meninggalkan lokasi, setelah membaca papan pengumuman berisi imformasi stok BBM habis. Agar tetap bisa beroperasi, sejumlah pengendara akhirnya memilih membeli BBM eceran. "Kita terpaksa beli di pengecer agar bisa melanjutkan perjalan," ujar Mulyadi, pengedara motor. Dia mengaku tak biasa membeli BBM eceran, karena khawatir dicampur, selain harganya yang lebih mahal.

Editor :
Glori K. Wadrianto