Rabu, 10 Oktober 2012

Pedagang Pengecer BBM Sulbar Antri di SPBU

Kamis, 26 Januari 2012 12:09 WITA | Sulbar


Gambar Ilustrasi BBM

Mamuju (ANTARA News) - Dalam sepekan terakhir ini, sejumlah pedagang pengecer Bahan Bakar Minyak (BBM) rela antri pada beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), menunggu giliran untuk mendapatkan pasokan minyak.

Pemantauan ANTARA di Mamuju, Sulbar, Kamis, para pedagang pengecer memburu SPBU untuk mendapatkan BBM walaupun harus menunggu hingga larut malam.

Umumnya pedagang pengecer BBM datang dengan menggunakan kendaraan roda dua sambil membawa beberapa buah jergen, seiring dengan kurangnya pasokan BBM dalam beberapa pekan terakhir.

Beberapa SPBU menjadi incara para pedagang pengecer ini, antara lain SPBU di Karema dan SPBU di daerah Kali Mamuju.

Demikian halnya SPBU di Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, juga terlihat ratusan jergen milik pedagang pengecer menumpuk di SPBU tersebut untuk mendapatkan premium dan solar bersubsidi itu.

Kondisi serupa juga terlihat di SPBU Rangas Kabupaten Majene, pada pedagang pengecer ikut antri untuk mendapatkan bahan bakar premium.

"Dari malam hingga dini hari ini saya menunggu giliran di SPBU untuk mendapatkan BBM. Alhamdulillah, bisa diberikan jatah hingga 50 liter untuk dijual eceran," kata Usman seorang pedagang pengecer di Mamuju.

Ia mengatakan, pasokan BBM sangat sulit didapatkan akibat lambatnya pasokan dari depot pertamina kota Pare-Pare Sulawesi Selatan.

Minimnya suplai BBM ke Sulbar kata dia, juga berimplikasi terjadinya antrean kendaraan di sejumlah SPBU baik di Mamuju, Matra, Polman, Mamasa dan Majene.

Sementara itu, pemilik SPBU Rangas Mamuju, H Asnuddin Sokong menyampaikan, beberapa pekan terakhir suplai BBM di SPBU miliknya dan SPBU lainnya sangat kurang.

Untuk SPBU di Tanjung Rangas, misalnya, berkapasitas 16 ribu kilo liter (KL) untuk premium dan solar terkadang dikurangi hingga mencapai seperdua dengan asalan pemerataan ke sejumlah SPBU di bawah wilayah Depot Pertamina Parepare.

"Kalau pun jumlahnya cukup, kadang menunggu beberapa lama baru tersuplai. Jadi antrean panjang sulit terelakkan," kata Asnuddin. (T.KR-ACO/K005)



COPYRIGHT © 2012