Senin, 08 Oktober 2012

Harga Minyak Tanah di Majene Tembus Rp10.000/Liter

Jumat, 22 Juli 2011 04:31 WITA | Ekonomi



Majene, Sulbar (ANTARA News) - Warga prasejahtera di Kelurahan Binanga, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, mengeluhkan melambungnya harga minyak tanah yang menembus angka Rp10.000/liter.

Seorang ibu rumah tangga asal Kelurahan Binanga, Irawati, di Majene, Kamis, mengemukakan, harga kebutuhan minyak tanah yang dijualkan pengecer sudah tidak wajar dalam beberapa pekan terakhir.

"Selain harga minyak tanah yang mahal, jumlah pasokan yang dijualkan para pengecer, termasuk sejumlah pangkalan, pasokannya kian menipis. Kondisi ini membuat harga minyak tanah melambung," ungkapnya.

Menurut dia, pasokan minyak tanah pada sejumlah pangkalan semakin menipis akibat imbas kebijakan pemerintah untuk konversi minyak tanah ke tabung gas elpiji 3 kilogram.

"Pertamina rupanya mulai mengurangi jumlah kuota minyak tanah. Ini dibuktikan, pasokan minyak tanah dari depot Pertamina tidak lancar atau hanya sekali dalam dua minggu," terangnya.

Sebelum ada konversi minyak tanah ke elpiji, katanya, pasokan minyak tanah sangat lancar dan bahkan pasokan dari Pertamina kepada sejumlah pangkalan di daerah mencapai dua kali dalam seminggu.

"Sekarang sudah berbalik, pasokan minyak tanah dari depot Pertamina hanya sekali dalam dua minggu. Makanya, harga minyak tanah di daerah ini semakin melambung tinggi dan bahkan terjadi krisis pasokan minyak tanah," ungkapnya.

Akibatnya, kata dia, sejumlah masyarakat prasejahtera yang masih menggunakan minyak tanah untuk memasak kini terpaksa beralih menggunakan kayu bakar dengan harga Rp1.000/ikat.

"Umumnya warga beralih menggunakan kayu bakar karena harga minyak tanah sudah sangat tidak wajar. Ini akibat kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji 3 kilogram," tutur Ira.

Ia menjelaskan bantuan tabung elpiji 3 kilogram dari pemerintah belum digunakan karena masih trauma dengan berbagai kabar yang disiarkan media massa terkait ledakan tabung elpiji.

"Sebagian masyarakat masih trauma menggunakan tabung gas sehingga pembagian paket tabung elpiji hanya dijadikan pajangan di rumah warga dan bahkan warga yang trauma berat harus menjual pembagian tabung gas tersebut dengan harga bervariasi antara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu," ungkapnya.

Oleh karena itu, kata dia, warga meminta pemerintah agar tidak serta merta mengurangi subsidi minyak tanah karena penggunaan elpiji 3 kilogram belum berjalan optimal.

"Warga berharap pasokan minyak tanah tidak dibatasi dalam rangka menghadapi bulan Ramadhan yang tinggal beberapa pekan ke depan," katanya. (T.KR-ACO/E011)