Selasa, 30 Oktober 2012

Distribusi BBM Bakal Diawasi

Selasa, 02 Oktober 2012


MAJENE, FAJAR -- Sistem distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Kabupaten Majene akan diawasi. Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Majene menduga terdapat masalah pada sistem distribusi sehingga sering menjadi pemincu antrean kendaraan pada seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Menurut Kepala Distamben Majene, Ahmad Rafli Nur, antrean yang sering terjadi pada salah satu SPBU di Kabupaten Majene akibat masalah sistem pendistribusian. "Namun kami belum mengetahui masalahnya terdapat dimana," ujar Ahmad Rafli, Senin, 1 Oktober.

Namun, Ahmad Rafli telah mengkoordinasikan dengan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP-Migas).

"Hasilnya BP-Migas mengusulkan agar kami melakukan pemeriksaan tarhadap pendistribusian BBM. Pemeriksaan akan dilakukan terhadap distribusi dari PT Pertamina maupun pengelola SPBU," ungkap Ahmad Rafli.

Tahun ini, Kabupaten Majene mendapatkan kuota sebanyak 13.152 kilo liter BBM jenis premium dan 5.616 kilo liter BBM jenis solar. BBM tersebut untuk distribusikan pada tiga SPBU.

"Sesuai kuota yang diterima dalam setahun seharusnya setiap hari Majene mendapat kuota 12 ribu liter BBM jenis premium kepada setiap SPBU. Jumlah tersebut masih saja belum cukup. Terbukti dari seringnya terjadi antrean di salah satu SPBU," tutur Ahmad Rafli.

Sementara, lanjut Ahmad Rafli, BP-Migas menyatakan kuota yang ditetapkan untuk setiap daerah itu sudah melalui perhitungan dari jumlah kendaraan dan kebutuhan seluruh warga sehingga kemungkinan terjadinya antrean sangat kecil, kecuali pada saat-saat tertentu.

Mengantisipasi hal tersebut, Distamben telah merencanakan untuk memastikan masalah distribusi itu terjadi pada tingkat SPBU atau di Pertamina sesuai petunjuk BP-Migas. Jika masalah distribusi terjadi pada SPBU, hal tersebut bisa ditanggulangi langsung oleh Distamben.

Rafli menegaskan akan mencabut izin pengelolaan SPBU yang dianggap telah menyelewengkan kuota BBM sehingga menjadi pemicu antrean yang hampir terjadi setiap pekan, utamanya jika terjadi hambatan pendistribusian dari Pertamina.

Namun jika masalah distribusi terdapat di Pertamina, tentunya hal itu akan diselesaikan melalui komunikasi. Sebab, kata dia, bisa jadi terdapat oknum yang mengurangi kuota BBM yang akan disalurkan ke Majene. (far/nin)

Kamis, 18 Oktober 2012

Kendala Transportasi Hambat Distribusi BBM

Jumat, 4 Mei 2012 14:31 WIB
Kepala Humas Pertamina Depo Parepare yang membawahi wilayah Sulawesi Barat (Sulbar), Rosina Nurdin mengatakan antrean panjang di Stasiun Pengisian Bakar Umum (SPBU) sejak sepekan terakhir di Majene akibat keterlambatan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM).IPOSnews, 4/5 (MAJENE) – Pertamina mengklaim kendala transportasi dan jarak yang jauh menyebabkan terhambatnya distribusi pasokan Bahan Bakar Minyak dari Depo Pertamina Parepare ke Majene dan Sulawesi Barat.

Saat dihubungi via telepon, Jumat, (4/5/2012) Rosina Nurdin juga membantah adanya kelangkaan BBM di daerah tersebut.

Namun, sejumlah konsumen menilai alasan Pertamina tak logis .

“Jika selama ini Pertamina bisa mendistribusikan BBM dengan lancar ke semua daerah di Sulbar selama bertahun-tahun, kenapa mesti tersendat selama sepekan lebih?” kata Rahman, sopir angkutan lintas provinsi.

Sementara itu, Rubama, pemilik SPBU di Kecamatan Lembang Majene menduga antrean panjang yang kembali terjadi sejak sepekan terakhir, selain karena keterlambatan suplai, juga ada peningkatan jumlah kendaraan.

Di SPBU Lembang Majene misalnya, sejak pagi ditutup pemiliknya lantaran stok bbmnya habis. Kejadian serupa ini sudah berlangsung sepekan lebih.

Para pengendara yang datang ke SPBU hanya lalu lalang di sekitar SPBU sebelum memilih meninggalkan lokasi, setelah membaca papan pengumuman berisi imformasi stok BBM habis.

Agar tetap bisa beroperasi, sejumlah pengendara akhirnya memilih membeli BBM eceran.

“Kita terpaksa beli di pengecer agar bisa melanjutkan perjalan,” ujar Mulyadi, pengedara motor.

Dia mengaku tak biasa membeli BBM eceran, karena khawatir dicampur, selain harganya yang lebih mahal
Selama sepekan terakhir, warga Majene harus mengantri di depan SPBU hingga berjam-jam lamanya. itupun SPBU hanya beroperasi beberapa jam dalam sehari.

Setiap SPBU mendapatkan jatah 16.000 liter yang habis hanya dalam hitungan enam jam.
(I-kp/kc)

Sepekan Ini BBM Langka di Majene

Penulis : Kontributor Polewali, Junaedi | Sabtu, 15 September 2012


KOMPAS.com/ JunaedisSudah sepekan bbm di wilayah Majene langka. Keterlambatan pasokan dan jatah yang tidak menentu dari pertamina membuat pemilik spbu kesulitan melayani seluruh pelanggannya. Karena stok bbm nya terbatas umumnya spbu tutup lebih awal.

MAJENE, KOMPAS.com - Meski pesediaan bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan baru habis Desember 2012 mendatang namun kelangkaan BBM di sejumlah daerah sudah terjadi. Di Majene, Sulawesi Barat. kelangkaan BBM sudah berlangsung sejak sepekan terakhir.

Hampir hari stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) tidak bisa beroperasi 24 jam alias ditutup karena stok BBM habis. Kondisi ini makin diperburuk dengan sistem distribusi yang buruk dari Pertamina depot Parepare ke berbagai wilayah di Sulbar.

Pantauan di SPBU di Kelurahan Lembang, Kecamatan Banggae Timur sejak Selasa (11/9/2012) hingga Sabtu (15/9/2012) hari ini terlihat para karyawan SPBU lebih banyak beritirahat alias tidak melayani pelanggannya. Sementara para calon pembeli harus gigit jari karena tidak mendapatkan bahan bakar.

Kebanyakan pelanggan hanya berseliweran di halaman SPBU sebelum kembali meninggalkan SPBU setelah mereka tahu stok BBM habis. Sejumlah pengendara yang khawatir tidak kebagian BBM memilih memarkir kendaraan mereka di halaman SPBU agar mereka bisa mendapatkan jatah BBM dari SPBU lebih awal saat pasokan dari Pertamina Parepare tiba.

Rubama, petugas SPBU di Kelurahan Lembang, menyebutkan BBM habis karena pasokan dari Parepare karena seriang terlambat. Selain itu, pasokan jatah BBM juga tidak menentu kadang 16.000 liter per hari, bahkan terkadang hanya 8.000 liter.

"Jatah 16.000 liter saja belum cukup, apalagi stok dari Pertamina kadang terlambat datang karena alasan transportasi, terkadang molor hingga berjam-jam, ditambah lagi jumlah pembeli semakin bertambah, makanya banyak pelanggan tak kebagian BBM," ujar Rubama.

Sementara itu tak jauh dari SPBU pedagang bensin eceran terlihat masih membuka lapak, bahkan para pedagang eceran sibuk melayani pembeli.

"Yang kami pertanyakan kenapa di SPBU kosong, tetapi di tingkat pengecer, bensin tetap ada bahkan berlimpah, meskipun harganya Rp 6.000 per liter," protes Rahim, salah seorang pengendara.
Editor :
Kistyarini

Rabu, 17 Oktober 2012

BBM SPBU Sulbar tak Sebanding Jumlah Kendaraan

Kamis, 10 Mei 2012 12:58 WITA | Sulbar

Mamuju (ANTARA News) - Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi Sulawesi Barat menilai, pasokan Bahan Bakar Minyak pada sejumlah Stasion Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) cepat habis terjual akibat tak sebanding dengan jumlah kendaraan yang kian meningkat di wilayah itu.

"Pertumbuhan kendaraan di Sulbar dalam beberapa tahun terakhir meningkat hingga 3.000 persen. Peningkatan pertumbuhan kendaraan roda dua dan empat ini tentu tak sesuai dengan kebutuhan pasokan BBM ke SPBU yang disuplai oleh Depot Pertamina," kata Kepala Distamben Sulbar, Ir.Agussalim Tamaodjoe di Mamuju, Kamis.


Ir.Agussalim Tamaodjoe (kedua dari kanan)

Menurutnya, sejak Sulbar terbentuk pada 2004, memisahkan dari provinsi induk Sulawesi Selatan, telah tercatat angka kendaraan bermotor yang beroperasi lebih dari 62.317 unit.

Angka ini berdasarkan data kendaraan pada Samsat yang taat membayar pajak, dan ini belum termasuk kendaraan plat nomor polisi provinsi lain seperti dari Sulsel yang menggunakan plat DD, dari Sulteng dengan plat DN dan plat kendaraan nomor polisi dari provinsi lainnya.

Ia mengatakan, berdasarkan data Samsat Mamuju jumlah kendaraan yang beroperasi di Provinsi Sulbar sekitar 62.317 unit, terdiri atas kendaraan roda empat mencapai 58.916 unit dan kendaraan roda dua 3.401 unit.

"Meningkatnya pertumbuhan kendaraan ini tentu memicu stok penjualan BBM di SPBU cepat ludes terjual karena kuota yang dipasok depot Pertamina terbatas," katanya.

Pemicu lain sehingga sejumlah stok BBM di SPBU wilayah Sulbar cepat habis kata dia, karena lintas jalan trans Sulawesi bagian barat menjadi akses alternatif bagi kendaraan lintas provinsi.

Saat ini kendaraan bis dari provinsi Suluawesi Utara, Gorontalo maupun Sulteng memilih melewati jalur trans Sulawesi lintas barat atau tak lagi melewati lintas timur jalan trans Sulawesi. Karena itu stok BBM pada setiap SPBU di Sulbar cepat habis terjual, katanya.

Untuk itu pemerintah pusat diharapkan bisa memberikan tambahan kuota pasokan BBM untuk wilayah Sulbar guna menghindari kelangkaan BBM, karena jumlah kendaraan terus bertambah. (T.KR-ACO/S004)


COPYRIGHT © 2012

Anwar: Pembangunan Tidak Terpusat

RADAR SULBAR 14/09/2012



Jawab Tantangan Ekonomi, Pemprov Pikat Investor

JAKARTA — Pemprov Sulbar terus berupaya menumbuhkan gairah perekonomian Sulbar dengan memaksimalkan potensi lokal daerah. Mendukung usaha tersebut, Pemprov tidak hanya mengandalkan anggaran APBN, apalagi APBD Sulbar yang sangat terbatas. Sejumlah investor berhasil dipikat untuk menanamkan investasinya di Provinsi termuda ini.
Diantaranya, memikat investor dari Malaysia dan Jakarta untuk pengembangan perkebunan karet di Mambi dan Aralle Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar. “Sudah disurvey, dan bupati sudah memberikan ijin
untuk itu,” Sebut Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, Rabu, 12 September.
Di Kabupaten Mamuju Utara (Matra), PT Astra grup sedang mempersiapkan pembangunan pabrik minyak terbesar di wilayah timur Indonesia. Proses pematangan lahan pabrik kini tengah berlangsung di daerah penghasil sawit itu.
Demikian pula industri pengolahan rotan di Kabupaten Mamuju. Sebagai daerah penghasil rotan, Sulbar akan membangun industri pengolahan rotan Mamuju dengan anggaran Rp180 miliar dari Kementerian
Perindustrian.
“Sudah final, lahan sudah siap, 2013 Insya Allah mulai membangun. Itu akan sangat menolong petani rotan kita, harga rotan nantinya bisa stabil karena. Desain olahannya juga sudah ada. Kedepan kita akan
minta semua kantor menggunakan kerajinan rotan ini. Dan menurut kementerian perdagangan, sudah ada tujuh negara akan jadi pasar kita,” urai gubernur.
Di bidang Migas, PT Bosowa grup telah siap mendirikan depo pertamina di Sulbar. Pemprov Sulbar juga mendapat bantuan dari pemerintah China membangun pembangkit listrik skala besar di Mamuju, dan memberikan pinjaman lunak bagi peningkatan sarana infrastruktur jalan daerah. “Tahun 2013 kita akan genjot pembangunan industri di Sulbar,” imbuh gubernur via ponsel.
Terobosan-terobosan ini, tegas Anwar, untuk menggairahkan ekonomi lokal daerah sekaligus menjawab secara positif tantangan pemerintah yang menetapkan Sulawesi sebagai koridor pengembangan ekonomi bidang pertanian, industri, minyak, serta kelautan dan perikanan.
Terobosan pengolahan potensi lokal Sulbar, lanjutnya, tidak terpusat di satu kawasan. Meski mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi, namun gubernur tidak membantah jika angka kemiskinan di Sulbar juga cukup memprihatinkan.
Olehnya, pemprov menyebar pembangunan industri sesuai potensi masing-masing kabupaten yang ada di Sulbar. “Mamasa kita persiapkan untuk industri pariwista, makanya kita genjot pembangunan infrastruktur disana. Jalan beton, dan Bandara Sumamarorong untuk mendukung industri pariwisata Mamasa,” urai gubernur.
Di Kabupaten Majene sedang berlangsung pembangunan industri perikanan, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palipi. Industri ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para nelayan dan warga Majene
lainnya.
Terobosan pembangunan ekonomi Sulbar diatas juga menjadi bahan laporan gubernur pada rapat koordinasi antara Badan Koordinasi Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS) bersama Ketua Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) koridor Sulawesi, Sharif C Sutarjo yang juga Menteri Kelautan dan Perikanan (KP).
Sebagai ketua BKPRS, Anwar Adnan Saleh memimpin para gubernur se Sulawesi, melaporkan perkembangan MP3EI pada enam provinsi yang ada di koridor Sulawesi. Pertemuan berlangsung di gedung Kementerian KP, Jakarta, awal pekan ini.
Hadir dalam pertemuan, antara lain, Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan, perwakilan Bappenas, Kementerian UKM, dan deputi dari Menko Perekonomian.
Gubernur Anwar tak lupa menyampaikan rencana pembangunan industri pengolahan kakao di Matra dan Polman Sulbar melalui APBN. Kebijakan ini sangat penting, mengingat, Sulbar merupakan penghasil kakao
terbesar Indonesia. Tiap tahunnya, provinsi paling bungsu ini hasilkan 140 ribu ton kakao.
“Supaya cokelat kita tidak keluar lagi, bisa diolah sendiri. Dapat menyerap tenaga kerja lokal, dan menstabilkan harga kalau harga kakao anjlok. Kebijakan ini tentu memberikan nilai tambah bagi petani dan
masyarakat kita,” papar gubernur.
Berbagai terobosan Pemprov Sulbar dalam menggenjot gairah ekonomi daerah, juga merupakan dukungan terhadap program MP3EI. (rul)

BUMD Negosiasi Penandatanganan Kontrak Pembangunan Depo Pertamina

Kamis, 23 Februari 2012 23:17 WITA | Sulbar



Mamuju (ANTARA News) - Direktur Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Sulawesi Barat, Harry Warganegara menyatakan, pihaknya saat ini melakukan negosiasi untuk penandatanganan kontrak kerja pembangunan Depo Pertamina di Kabupaten Mamuju, Sulbar.

"Rencana pembangunan Depo Pertamina di Mamuju dalam tahap negosiasi. Investasi pembangunan itu dikerjasamakan dengan PT Bosowa Grup dengan nilai investasi sebesar Rp150 miliar," kata Harry Warganegara di Mamuju, Kamis.


Harry Warganegara

Menurutnya, setelah dilaksanakan negosiasi nilai kontrak dengan pihak Pertamina maka pembangunan Depo ini langsung dibangun.


"Jika tidak ada kendala dalam waktu dekat ini kita akan segera memulai membangun Depo Pertamina di Mamuju. Hitungannya, jika bisa dibangun 2012 maka diprediksi depo ini baru bisa dimanfaatkan tahun 2013," ucapnya.
Menurut dia, lahan pembangunan Depo Pertamina telah tersedia dan telah dibebaskan oleh Pemerintah Provinsi Sulbar.

"Kebutuhan lahan pembangunan depo ini sangat banyak. Namun, untuk pembangunan tahap pertama maka lahan yang ada saat ini telah mencukupi," ujarnya tanpa menyebut angka.

Harry Warganegara yang juga ketua Kadinda Sulbar ini menyampaikan, pembangunan Depo Pertamina ini sangat penting dalam rangka menyahuti tahun investasi yang dilaksanakan Pemprov Sulbar.

"Pembangunan Depo Pertamina ini bisa kita laksanakan berkat perjuangan Pak Gubernur Anwar Adnan Saleh yang begitu intens mendorong percepatan pembangunan depo dalam rangka meningkatkan pelayanan Bahan Bakar Minyak di provinsi terbungsu ini," jelasnya.

Ia menyampaikan, sebagai provinsi yang otonom sudah sepantasnya daerah ini memiliki Depo Pertamina sendiri guna memberikan pelayanan yang lebih cepat terhadap konsumen yang membutuhkan BBM.

"Pembagunan Depo Pertamina adalah sebuah keharusan sebagai provinsi yang otonom. Apalagi, pertumbuhan kendaraan yang begitu cepat harus diimbangi dengan tersedianya pasokan BBM, termasuk bahan bakar avtur pesawat terbang," ujarnya.

Ia mengatakan, kelangkaan BBM yang terkadang mewarnai sejumlah SPBU di Sulbar diantaranya SPBU Kabupaten Polewali Mandar, Majene, Mamasa, Mamuju Utara dan Mamuju.

"Kelangkaan BBM karena terlambatnya pasokan dari Depo Pertamina Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Makanya, jika depo itu terbangun maka pelayanan BBM setiap SPBU tidak lagi akan terhambat," urainya.

Olehnya itu, lanjut Harry, pihaknya akan bekerja lebih cepat agar proses pembangunan Depo Pertamina ini terlaksana sesuai dengan target. (T.KR-ACO/F003)








COPYRIGHT © 2012

Pengecer Keluhkan Pengurangan Pasokan BBM ke Mamuju

Rabu, 08 Desember 2010 05:49 WITA | Sulbar



Mamuju (ANTARA News) - Pedagang pengecer bahan bakar minyak (BBM) mengeluhkan pengurangan stok BBM jenis premium yang didistribusikan ke Mamuju dari depo Pertamina Pare-Pare Provinsi Sulawesi Selatan .

Ridwan salah seorang pengecer BBM di Mamuju, Selasa, mengatakan, pedagang pengecer BBM di Mamuju kesulitan untuk mendapatkan stok BBM di sejumlah SPBU di Mamuju, karena stok BBM yang ada di SPBU terbatas.

Ia mengatakan, terbatasnya stok BBM sejumlah pemilik SPBU di Mamuju karena jatah BBM mereka yang didistribusikan dari depo pertamina Pare-Pare Provinsi Sulsel telah dikurangi.

"Sejumlah SPBU mengaku hanya mendapatkan sekitar 16000 liter pasokan BBM deri depo pertamina Pare-Pare setiap harinya, setelah dikurangi dari jatah sebelumnya sekitar 32000 liter," katanya.

Akibatnya kata dia, jatah BBM untuk pengecer dan masyarakat di Mamuju juga dikurangi dari sebelumnya, sehingga sejumlah pedagang pengecer BBM di Mamuju mengeluh karena mereka menjual BBM yang lebih sedikit dari sebelumnya.

"Karena pengurangan jatah di SPBU di Mamuju dilakukan depo pertamina pare-pare, maka jatah BBM yang bisa dijual pedagang pengecer juga berkurang sehingga para pedagang pengecer juga hanya mendapatkan keuntungan dari menjual BBM lebih kecil dari sebelumnya,"katanya.

Selain dikeluhkan pedagang pengecer warga Mamuju juga mengeluhkan pengurangan jatah BBM untuk sejumlah SPBU di Mamuju karena memicu terjadinya kelangkaan BBM.

"Setiap hari masyarakat harus kesulitan mendapatkan BBM karena mengalami kelangkaan akibat BBM yang ada di SPBU maupun di sejumlah pedagang pengecer stoknya tidak cukup dan selalu habis untuk kebutuhan masyarakat,"kata Usman salah seorang warga.

Oleh karena itu, ia meminta agar depo pertamina Pare-Pare tidak mengurangi jatah BBM untuk kebutuhan masyaraat Mamuju agar masyarakat tidak lagi kesulitan mendapatkan BBM.

"Mestinya depo Pertamina Pare-Pare menambah stok BBM untuk Mamuju, karena daerah ini sedang maju dan berkembang dimana kebutuhan BBM tinggi, bukan justru malah dikurangi, karena itu akan membuat masyarakat tidak mampu kebutuhan BBM mereka,"katanya.
(T.KR-MFH/S006)



COPYRIGHT © 2010

Sulbar Butuh Rp125 Miliar Bangun Depo Pertamina

Rabu, 12 September 2012 21:02 WITA | Sulbar


Mamuju (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat butuh anggaran sebesar Rp125 miliar untuk membangun depo Pertamina, kata Kepala Biro Humas Pemprov Sulbar Abdul Rasyid.

"Depo Pertamina yang rencananya berlokasi di Pelabuhan Belang-Belang itu diperkirakan berdaya tampung sekitar 10.000 ton," katanya di Mamuju, Rabu.

Ia mengatakan, rencana pembangunan depo Pertamina Sulbar telah diusulkan untuk masuk dalam program Master Plan Perencanaan Pembangunan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di wilayah koridor Sulawesi.

"Rencana pembangunan depo Pertamina Sulbar telah diusulkan masuk program MP31 bersama dengan program pembangunan pabrik industri rotan, dengan harapan dapat disetujui pemerintah pusat," katanya.

Menurut dia, sebelumnya 10 proyek mega raksasa diusulkan Pemprov Sulbar dalam program MP3I, dan usulan itu sudah disetujui pemerintah pusat, proyek yang disetujui dibangun itu antara lain pabrik pengelolahan kakao dan pabrik industri kakao.

Selain itu, kata dia, proyek lainnya adalah pengembangan industri sawit, pembangunan industri pelet kayu, pabrik industri pupuk, pembangunan pelabuhan perikanan nusantara (PPN) Kabupaten Majene, budidaya usaha tani, pengembangan benih jagung padi dan kedelai serta industri minyak nabati.

Oleh karena itu ia berharap agar program pembangunan depo Pertamina di Sulbar dapat disetujui pemerintah pusat agar kebutuhan BBM dapat terpenuhi setiap saat.

"Pemerintah akan menyiapkan lahan untuk pembangunan depo tersebut sekitar dua hektare di sekitar areal Pelabuhan Belang-Belang Mamuju apabila program tersebut disetujui pemerintah pusat," katanya.

Menurut dia, pembangunan depo Pertamina di Sulbar bertujuan agar kebutuhan BBM di Provinsi Sulbar dapat terpenuhi secara langsung dan tidak lagi didistribusikan dari Pare-Pare, Provinsi Sulawesi Selatan.

"BBM di Sulbar selama ini masih tergantung dari pasokan dari depo Pertamina Pare-Pare yang jaraknya sekitar 300 kilometer dari Kota Mamuju. Karena itu Provinsi Sulbar bertekad membangun sendiri depo Pertamina agar tidak lagi kewalahan memasok BBM dari Pare-Pare yang jaraknya jauh, dan kadang terlambat," katanya.

Ia juga mengatakan, pembangunan depo Pertamina itu juga untuk memenuhi kebutuhan BBM sejumlah industri di pelabuhan Belang-Belang Mamuju, selain digunakan bagi industri di seluruh wilayah Provinsi Sulbar.
(T.KR-MFH/E005)




COPYRIGHT © 2012

Pembangunan Depo Pertamina Sulbar Dilaksanakan 2013

Jumat, 28 September 2012  | Sulbar



Mamuju, (ANTARA News) - Pembangunan Depot Pertamina di Mamuju, Sulawesi Barat, diperkirakan mulai terlaksana pada awal 2013.

"Rencana pembangunan Depo Pertamina di Mamuju ini menghadapi banyak hambatan karena harus mengacu pada kriteria yang dikehendaki oleh pihak Pertamina. Jika tidak salah sekitar empat kali kami gagal mendapatkan lahannya," kata Direktur Utama BUMD Sulbar Harry Warganegara di Mamuju, Jumat.


Harry Warganegara

Menurutnya, pembangunan Depo Pertamina ini akan ditempatkan areal kawasan pembangunan dermaga pelabuhan laut di Belang-Belang, sekitar 50 kilometer dari Kota Mamuju.

"Saat ini dalam tahap pematangan lahan dan diperkirakan proses pembangunan fisik antara akhir tahun dan awal 2013,"kata Harry.

Semula pembangunan Depot Pertamina di Mamuju kata dia, akan dimulai pada awal tahun 2011, namun setelah ada lahan yang siap lagi-lagi pihak pertamina menganggap tidak cocok dengan berbagai pertimbangan teknis lainnya.

Bukan hanya itu kata dia, mahalnya harga pembebasan lahan juga salah satu kendala akibat masyarakat menjual harga tinggi di luar ketentuan harga Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

Harry yang juga ketua Kadinda Sulbar ini menyampaikan, setelah depot Pertaminan ini beroperasi jelas akan memberikan pendapatan untuk daerah ini.

"Kami dari BUMD hanya berperan aktif melakukan kerjasama dengan pihak swasta. Nantinya, akan dilakukan sistem bagi hasil sehingga kami prediksi Depot Pertamina ini baru bisa memberikan kontribusi pendapatan di 2013 mendatang,"ujarnya.

Ia menyampaikan, sebagai provinsi yang otonom sudah sepantasnya daerah ini memiliki depot Pertamina sendiri guna memberikan pelayanan yang lebih cepat terhadap konsumen yang membutuhkan BBM.

"Pembangunan Depot Pertamina adalah sebuah keharusan sebagai provinsi yang otonom. Apalagi, pertumbuhan kendaraan yang begitu cepat harus diimbangi dengan tersedianya pasokan BBM termasuk bahan bakar avtur pesawat terbang," kata dia.

Dikatakannya, kelangkaan BBM yang terkadang mewarnai sejumlah SPBU di Sulbar diantaranya SPBU Kabupaten Polewali Mandar, Majene, Mamasa, Mamuju Utara dan Mamuju terkadang mengalami kelangkaan BBM.

"Kelangkaan BBM karena terlambatnya pasokan dari depot Pertamina Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Makanya, jika depo itu terbangun pelayanan BBM setiap SPBU tidak lagi akan terhambat," katanya.(T.KR-ACO/C/N002/N002)




COPYRIGHT © 2012

Pertamina Bantah Kelangkaan BBM di Sulbar

Jumat, 4 Mei 2012 | 11:45 WIB



Sudah sepekan lebih pasokan bahan bakar minyak di wilayah Majene tersendat. Akibatnya, warga harus mengantri berjam-jam sebelum mendapatkan BBM.

MAJENE, KOMPAS.com - Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (bbm) sejak sepekan terakhir di Majene, Sulawesi Barat membuat warga di wilayah ini kerepotan. Mereka harus mengantri di depan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) hingga berjam-jam lamanya.

Distribusi bbm yang tidak lancar dari Depo Pertamina Parepare ke Majene dan Sulawesi barat, membuat SPBU di wilayah ini hanya beroperasi beberapa jam dalam sehari. Setiap SPBU mendapatkan jatah 16.000 liter yang habis hanya dalam hitungan enam jam. Namun demikian, Pertamina Depo Parepare yang mebawahi wilayah Majene dan Sulawesi Barat membantah adanya kelangkaan bbm.

Kepala Humas Pertamina Depo Parepare, Rosina Nurdin yang dihubungi via telepon, Jumat (4/5/2012) menegaskan, tak ada kelangkaan BBM di wilayah Sulawesi Barat, termasuk Majene. Rosina mengatakan, antrean panjang di SPBU terjadi karena keterlambatan pasokan BBM ke SPBU karena kendala transportasi dan jarak.

Namun, alasan Pertamina dinilai tak logis oleh sejumlah konsumen. "Jika selama ini Pertamina bisa mendistribusikan BBM dengan lancar ke semua daerah di Sulbar selama bertahun-tahun, kenapa mesti tersendat selama sepekan lebih?" kata Rahman, sopir angkutan lintas provinsi.

Sementara itu, Rubama, pemilik SPBU di Kecamatan Lembang Majene menduga antrean panjang yang kembali terjadi sejak sepekan terakhir, selain karena keterlambatan suplai, juga ada peningkatan jumlah kendaraan. Di SPBU Lembang Majene misalnya, sejak pagi ditutup pemiliknya lantaran stok bbmnya habis. Kejadian serupa ini sudah berlangsung sepekan lebih.

Para pengendara yang datang ke SPBU hanya lalu lalang di sekitar SPBU sebelum memilih meninggalkan lokasi, setelah membaca papan pengumuman berisi imformasi stok BBM habis. Agar tetap bisa beroperasi, sejumlah pengendara akhirnya memilih membeli BBM eceran. "Kita terpaksa beli di pengecer agar bisa melanjutkan perjalan," ujar Mulyadi, pengedara motor. Dia mengaku tak biasa membeli BBM eceran, karena khawatir dicampur, selain harganya yang lebih mahal.

Editor :
Glori K. Wadrianto


Rabu, 10 Oktober 2012

Harga Premium di Majene Capai Rp8.000/Liter


Senin, 09 Juli 2012 12:54 WITA | Sulbar



Majene, Sulbar (ANTARA News) - Harga premium tingkat pengecer di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat tembus Rp8.000/liter, imbas terjadinya kelangkaan BBM setelah tiga hari sebelumnya mengalami kekosongan pasca ambruknya jembatan di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Pemantauan di Majene, Senin, sejumlah pedagang pengecer di daerah itu lebih leluasa menaikan harga karena stok BBM di SPBU juga belum maksimal.

"Kami masih kesulitan mendapatkan pasokan BBM dari distributor akibat ambruknya jembatan di Pinrang. Kalau pun pasokan BBM dari Depot Pertamina Pare-Pare Sulsel, telah ada namun jumlahnya sangat terbatas,"kata Ira, pedagang pengecer di Lingkungan Tanjung Batu Majene.

Karena itu kata dia, para pedagang pengecer hingga sekarang ini masih memberlakukan harga Rp8.000/liter akibat pasokan BBM kian menipis.

"Sudah tiga hari ini warga kesulitan mendapatkan BBM. Tidak heran, jika harga jual fremium oleh pedangan mematok dengan harga tinggi,"ujarnya.

"Sempat mobil depot pertamina melakukan pengisian BBM di SPBU. Hanya hitungan jam, BBM jenis fremium langsung habis,"kata dia.

Sulitnya pasokan BBM di Majene ini katanya mengakibatan ratusan kendaraan roda dua dan roda empat terlihat antre untuk menunggu datangnya pasokan BBM.

"Stok BBM fremium di SPBU masih kosong akibat akses jembatan di Kota Pinrang belum membaik. Makanya, kelangkaan BBM di Majene masih berlanjut,"kata Petugas SPBU Rangas Majene, Rayu.

Menurutnya, stok BBM akan kembali normal apabila jembatan penghubung di Pinrang telah selesai dikerjakan oleh kontraktor.

"Sepanjang jalan ini belum baik, maka stok BBM dipastikan akan mengalami kelangkaan,"pungkasnya.

(T.KR-ACO/S016)
COPYRIGHT © 2012

Warga Majene Serbu SPBU Dapatkan BBM

Minggu, 08 Juli 2012 12:11 WITA | Sulbar



Majene, Sulbar (ANTARA News) - Ribuan warga di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, lansung menyerbu SPBU untuk mendapatkan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) setelah dua hari sebelumnya mengalami kekosongan pascaambruknya jembatan penghubung di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Pemantauan ANTARA di Majene, Minggu, antrian kendaraan roda dua dan roda empat terlihat memanjang hingga 1 kilometer meter lebih di depan SPBU Majene, menyebabkan kemacetan lalulintas tak dapat terhindarkan.

Sejumlah kendaraan dari dua arah berlawanan dari arah selatan dan dari arah utara itu berlomba-lomba masuk ke areal SPBU guna mendapatkan pasokan BBM.

Tak pelak, kondisi jalan trans Sulawesi menjadi macet total selama berjam-jam akibat membludaknya kendaraan roda dua dan roda empat untuk mengejar BBM di SPBU.

"Sejak pagi tadi hingga sekarang ini warga berbondong-bondong untuk mendapatkan pasokan BBM di SPBU,"kata Idil salah seorang warga Tanjung Batu.

Idil mengatakan, umumnya warga relah mengantri hingga berjam-jam karena tak ada pilihan lain untuk mendapatkan pasokan BBM.

"Lebih baik mengantri hingga berjam-jam dari pada sama sekali tak mendapatkan suplai BBM ini,"jelasnya.

Ia mengaku, petugas SPBU untuk sementara membatasi pembelian BBM baik pengguna roda dua maupun roda empat.

"Untuk sementara kita hanya diberi BBM sekitar lima liter. Lebih dari itu, petugas tak lagi melayani,"kata dia.

Meski petugas SPBU membatasi pembelian kata dia, tak sedikit warga harus gigit jari karena pasokan BBM ternyata cepat habis.

"Ratusan pengguna kendaraan harus pulang tanpa mendapatkan pasokan BBM walaupun merea itu antri sejak pagi tadi,"ungkapnya. (T.KR-ACO/M009)


COPYRIGHT © 2012

Kelangkaan BBM di Majene Masuki Hari Kelima

Selasa, 10 Juli 2012 16:24 WITA | Sulbar



Majene, Sulbar (ANTARA News) - Kelangkaan BBM jenis premium dan solar di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, telah memasuki hari kelima pasca-ambruknya jembatan penghubung Sulbar dan Sulawesi Selatan, di Kabupaten Pinrang, Sulsel.

Pantauan pada sejumlah SPBU di Majene, Selasa, antrean panjang kendaraan roda dua dan roda empat sejak lima hari terakhir masih saja terjadi dan hal tersebut nyaris memicu perkelahian dari para pengantre yang menggunakan kendaraan roda dua.

Bahkan beberapa pengantre terpaksa harus pulang dengan tangan kosong sebab tidak mendapatkan jatah BBM akibat pasokan masih saja tidak mampu melayani seluruh kebutuhan warga pemilik kendaraan.

"Meskipun sampai hari kelima setelah ambruknya jembatan di Pinrang, kami masih saja kesulitan mendapatkan jatah BBM dari SPBU sebab antreannya cukup panjang," ungkap Hanafi, salah seorang warga yang mengaku kecewa akibat tidak mendapat jatah BBM akibat stok habis.

Dia mengaku, panjangnya antrean disebabkan pengisian BBM sejumlah warga terpusat di SPBU, sementara sebelumnya beberapa warga memilih mengisi bensin di sejumlah pengecer.

Sejak empat hari terakhir, tidak terlihat satupun pengecer yang menjual BBM jenis premium sebab seluruh SPBU menetapkan aturan tidak melayani pembeli yang menggunakan jerigen. Selain itu, setiap warga pengguna motor paling maksimal mendapat jatah lima liter.

"Kami berharap kondisi ini bisa kembali normal sebab sangat mengganggu aktifitas kami. Kami juga mendapatkan penghasilan dengan bergantung pada motor, jika tidak ada BBM kami terpaksa menganggur," keluh Sain, seorang pengojek di kawasan kota Majene.

Pada lain hal, sejumlah kendaraan berukuran besar yang sering mengangkut bahan baku, bahan bangunan, serta kebutuhan pokok telah melintas di Majene. Arahnya menuju Kabupaten Mamuju, Sulbar, maupun bertujuan ke Majene.

Salah satu petugas SPBU di Kelurahan Lembang Kecamatan Banggae Timur, Majene, Rumba mengaku stok BBM di SPBU akan segera normal satu hingga dua hari ke depan dengan normalnya jalur penghubung yang terputus tersebut. (T.KR-AHN/Y006)


COPYRIGHT © 2012

Jembatan Ambruk Picu Kelangkaan BBM Sulbar

Senin, 09 Juli 2012 21:01 WITA | Daerah



Makassar (ANTARA News) - Jembatan yang ambruk di Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan menjadi pemicu kelangkaan Bahan Bakar Minyak di Provinsi Sulawesi Barat.

"Jembatan yang ambruk di jalur trans Sulawesi itu mengakibatkan pasokan BBM ke sejumlah daerah di Sulbar terhambat," kata Asisten Manager Public Relations Pertamina Fuel Retail Regional VII Makassar Rosina Nurdin di Makassar, Senin.

Menurut dia, pasokan ke daerah selama ini cukup lancar namun karena kendala jembatan ambruk, akhirnya distribusi BBM menjadi terhambat.

Untuk mengatasi kekosongan BBM di Sulbar, lanjut dia, pihak Pertamina hanya menggunakan mobil tangki berukuran kecil, karena truk tangki berukuran besar tidak dapat melewati jalur alternatif di lokasi jembatan ambruk.
Sementara itu, berdasarkan informasi yang diterima dari warga di Kabupaten Mamuju, Sulbar Rusman diketahui, harga premium kini mencapai Rp8.000 per liter, padahal harga stabil adalah Rp4.500 per liter.

"Hal itu karena premium sangat sulit ditemukan di SPBU, karena sudah kehabisan stok. Jadi, pengendara terpaksa membeli eceran di pinggir jalan yang harganya hampir dua kali lipat," katanya.

Selain kelangkaan BBM jenis Premium untuk kebutuhan kendaraan roda dua dan empat, dia mengatakan, BBM jenis solar juga mengalami kelangkaan.

Akibatnya, sebagian besar nelayan di Sulbar terpaksa tidak melaut karena tidak mendapatkan BBM.

"Kalaupun masih ada yang melaut, itu hanya tak jauh dari pantai, karena mengirit BBM yang masih dimiliki," katanya. (S036/N001)


COPYRIGHT © 2012

Masyarakat Mamuju Antre BBM Akibat Jembatan Putus

senin, 09 Juli 2012 06:29 WITA | Sulbar



Mamuju (ANTARA News) - Ratusan kendaraan roda empat dan roda dua di Mamuju antrean panjang karena terlambatnya pasokan BBM pada sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah itu.

Pemantauan di Mamuju, Minggu, ratusan kendaraan kendaraan roda empat dan roda dua tampak melakukan antrean di SPBU Mamuju jalan Ir Haji Juanda hingga sepanjang satu kilometer.

Sejumlah pemilik kendaraan tersebut melakukan antrean untuk menunggu giliran mendapatkan pasokan BBM di SPBU itu, hal itu terjadi karena pasokan BBM ke SPBU dari depo pertamina Pare-Pare Provinsi Sulawesi Selatan, mengalami keterlambatan.

Pemandangan serupa juga tampak di SPBU yang terletak di jalan Urip Sumiharjo, dan Jalan Martadinata Mamuju dua SPBU itu juga tampak kendaraan menumpuk untuk menunggu datangnya pasokan BBM.

Amran salah seorang petugas SPBU mengatakan, masyarakat melakukan antrian BBM, karena pasokan BBM untuk sejumlah SPBU di Mamuju mengalami keterlambatan dari depo pertamina Pare-Pare Provinsi Sulawesi Selatan.

"Keterlambatan pasokan BBM ke Mamuju karena jembatan di Desa Bamba Kecamatan Batu Lappa, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan yang menghubungkan Mamuju dengan Kota Pare-Pare ambruk jatuh ke Sungai,"katanya.



Ia mengatakan, kendaraan pengankut BBM tidak bisa melintasi jembatan ambruk di Kabupaten Pinrang yang jaraknya sekitar 300 kilometer tersebut, sehingga harus menempuh jalan alternative dengan memutar melalui areal perkebunan masyarakat.

"Untuk melalui jalan alternative itu harus memakan waktu lebih lama sekitar 10 jam dari waktu perjalanan biasanya sehingga kendaraan pengankut BBM ke Mamuju terlambat, dan masyarakatpun terlembat dilayani dan akhirnya harus melakukan antrian, BBM,"katanya.

Sementara Yusuf salah seorang warga mengatakan, pemerintah di Provinsi Sulsel harus segera memperbaiki jembatan Pinrang karena putusnya jembatan itu berdampak pada pemenuhan kebutuhan masyarakat.

"Mungkin saat ini masyarakat mulai kesulitan BBM, tapi selanjutnya bukan hanya BBM saja yang akan sulit didapatkan masyarakat tetapi juga kebutuhan lainnya, jadi pemerintah di Sulsel harus peka terhadap kondisi masyarakat Sulbar dengan memperbaiki jembatannya yang ambruk karena jika tidak kebutuhan masyarakat Sulbar akan tidak terlayani dengan lancar, seperti kebutuhan BBM dan sembako,"katanya. (T.KR-MFH/S016)
COPYRIGHT © 2012

Sejumlah SPBU Majene Tutup Akibat Kehabisan Stok

Kamis, 13 September 2012 15:12 WITA | Sulbar



Majene, Sulbar (ANTARA News) - Sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, dalam dua hari terakhir hanya melayani pengisian kendaraan selama beberapa jam dan kemudian tutup karena stok BBM jenis premium dan solar habis.

Pantauan pada SPBU di Kelurahan Lembang Kecamatan Banggae Timur, Majene, Kamis, karyawan di SPBU itu tidak beraktifitas sama sekali untuk melayani masyarakat sehingga calon pembeli pulang dengan kecewa.

Bahkan sejumlah pengendara yang khawatir kehabisan BBM memilih memarkir kendaraan mereka di halaman SPBU agar bisa segera mendapatkan jatah BBM begitu pasokan dari PT. Pertamina Depo Kotamadya Parepare, Sulawesi Selatan, tiba di lokasi.

Salah satu petugas di SPBU tersebut, Rubama mengatakan, BBM habis akibat pasokan dari PT. Pertamina Depo Parepare terlambat. Selain itu, jatah BBM yang dipasok tidak menentu, kadang 16 ribu liter per hari terkadang hanya delapan ribu liter per hari.

"Kalau hanya 16 ribu liter per hari itu belum cukup, apalagi stok dari Pertamina kadang terlambat tiba di lokasi. Terkadang pula keterlambatan distribusi bisa molor dua hingga tiga jam, ditambah lagi jumlah pembeli semakin bertambah, makanya banyak pelanggan tak kebagian BBM," ujarnya.

Sementara itu tak jauh dari SPBU terlihat penjual bensin eceran masih terbuka dan memiliki banyak stok, bahkan para pedagang eceran sibuk melayani pembeli akibat sejumlah SPBU tidak memiliki stok BBM lagi.

"Yang kami pertanyakan, kenapa stok BBM di sejumlah SPBU kosong, tetapi di tingkat pengecer bensin tetap banyak persediaannya dan laris. Hal ini harus segera diantisipasi agar suplai BBM tetap dilakukan di SPBU agar harganya tetap sesuai standar," kata Rahim, seorang pengendara.

Akibat kosongnya stok di SPBU, warga mengaku terpaksa harus membeli di pengecer dengan harga yang lebih mahal, yaitu sekitar Rp7.500,00 per liter atau Rp5.000,00 per botol ukuran 600 milli liter.

Tidak ada alternatif lain yang bisa silakukan selain harus mengisi BBM di pengecer atau menunggu stok SPBU kembali terisi dengan resiko harus mengantre dan tidak kebagian jatah.

"Jika ingin mendapat BBM harga standar ya harus menunggu stok di SPBU kembali terisi dan harus mengantre. Selain itu, jika tidak beruntung, terkadang kita tidak mendapat jatah akibat panjangnya antrean saat seperti ini," ungkap Usman, warga lainnya. (T.KR-AHN/R007)


COPYRIGHT © 2012

BBM Sulbar Kosong Akibat Jembatan Pinrang Putus

Sabtu, 07 Juli 2012 06:09 WITA | Sulbar



Mamuju (ANTARA News) - Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium yang dijual sejumlah Satuan Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Provinsi Sulawesi Barat, kosong sebagai dampak putusnya jembatan penghubung di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Pemantauan ANTARA di Mamuju, Jum'at, tiga SPBU yang ada di daerah itu sejak pagi hingga malam ini tidak ada aktivitas pelayanan kepada konsumen.

Seperti yang terpantau di SPBU Kali Mamuju, SPBU di Karema dan SPBU yang terdapat di daerah Rangas, memilih tutup tanpa ada pelayanan,


Bukan hanya itu, sejumlah pedagang pengecer pun juga kehabisan stok sejak siang ini lantaran tak ada suplai BBM semenjak jembatan di Kabupaten Pinrang terputus.

Akibatnya, sejumlah kendaraan roda dua dan roda empat yang ada di Mamuju ibukota Sulbar, tak dapat beroperasi secara optimal.

Bahkan, sejumlah Angkutan Kendaraan Antar Provinsi (AKAP) terpaksa terhenti di SPBU Mamuju menunggu mobil penyuplai BBM dari depot Pertamina Pare-Pare, Sulsel.

"Sejak siang hingga sekarang ini, BBM yang dijual SPBU maupun pedagang pengecer habis akibat jembatan di Desa Bamba Kecamatan Batu Lappa, Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) Pinrang putus,"kata dia.

Sebelumnya, Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, berharap, agar pemerintah Kabupaten Pinrang segera turun tangan untuk memperbaiki jembatan yang ambruk itu.


Anwar Adnan Saleh

"Karena ini wilayah Sulsel maka kami hanya berharap ada reaksi cepat untuk memperbaiki akses jalan trans Sulawesi itu. Karena imbasnya berdampak ke Sulbar,"ungkap Anwar (T.KR-ACO/E001)


COPYRIGHT © 2012