Senin, 05 Mei 2014

Pelabuhan Mamuju Siap Sambut Investor

Oleh M Faisal Hanapi
Mamuju, 23/4 (Antara)- Kawasan industri di sekitar areal Pelabuhan Belang Belang Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, siap menyambut investor untuk mendukung pembangunan daerah.

Asisten II Pemprov Sulbar, Nuralam Thahir di Mamuju, Rabu, mengatakan, kawasan pelabuhan Mamuju telah siap menyambut masuknya investor guna menumbuhkan ekonomi daerah.


Ia mengatakan, Pemprov Sulbar menyiapkan lahan 2.500 hektare di Pelabuhan Mamuju dijadikan kawasan ekonomi khusus (KEK).

Menurut dia, sejumlah fasilitas telah dibangun di Pelabuhan Mamuju yang segera akan memiliki tiga dermaga dengan kapasitas masing masing mencapai 10 ribu ton.

"Di pelabuhan Mamuju juga dibangun pembangkit listrik tenaga uap dengan dana Rp1 triliun. Selain itu, juga akan dibangun depo pertamina, dan tempat penampungan semen PT Bosowa," katanya.

Kaswir

KP3EI Monitoring Proyek MP3EI


HARIAN PELITA

Selasa, 11 Februari 2014

Jakarta, Pelita

Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) melaksanakan groundbreaking di Sulawesi, serta monitoring kemajuan dari proyek-proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

"KP3EI tidak berhenti hanya sampai tahap pelaksanaan groundbreaking. Tap terus monitoring hingga tahapan operasional atau produksi," kata Ketua Harian KP3EI yang juga Menko Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Selasa (11/2).

Saat dilakukan groundbreaking ada enam proyek dengan total nilai Rp21 triliun. Secara total untuk periode Mei 2011-Februari 2014, seluruh investasi MP3EI yang telah groundbreaking di Sulawesi mencapai Rp83,72 triliun.

Hatta menjelaskan, keenam proyek MP3EI yang di groundbreaking di Sulawesi itu meliputi Mamuju Arteri Road untuk mendukung Pelabuhan Belang-Belang dengan sumber pendanaan dari APBN. PLTA Tumbuan Mamuju 450 MW sumber pendanaan dari PT Haji Kalla.

PLTU Belang-Belang 2x25 MW dananya dari PT.Rekind Daya Mamuju. Pabrik Minyak Kelapa Sawit dari PT Astra Group. RSUD Provinsi Sulawesi Barat dan Dermaga BBM (Depo Pertamina) Belang-Belang.

Hatta menambahkan, melalui proyek-proyek tersebut KP3EI berharap konektivitas energi dan logistik di Koridor Ekonomi Sulawesi, khususnya di Wilayah Sulawesi Barat akan semakin berdaya saing.

Menurut dia, adanya infrastruktur, konektivitas dan energi itu akan mendorong lebih banyak pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Dengan begitu, wilayah Sulawesi Barat akan terus berkembang dan maju.

Ia berharap agar generasi muda menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni, sehingga tidak tersingkirkan dalam dinamika ekonomi di wilayahnya sendiri.

"Kita juga tidak bisa membiarkan putra-putri kita generasi ke depan, menjadi penonton atau berperan marjinal dalam dinamika ekonomi di wilayah kita. Untuk itu, kita harus memastikan hadirnya Pilar ketiga MP3EI, yaitu SDM Indonesia yang berilmu-pengetahuan dan berteknologi," tutur Hatta.

Soalnya, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pasti menjadi modalitas inovasi bagi hadirnya Indonesia yang kuat, mandiri dan berdaya saing secara berkelanjutan.

"Mari kita kawal bersama, tuntaskan, jaga keberlangsungannya. Kita jadikan modalitas untuk menuntaskan transformasi masyarakat, Bangsa Indonesia, menjadi bangsa yang unggul. Saya yakin kita bisa meraihnya," kata Hatta.

Data KP3EI mencatat, tema Koridor Ekonomi (KE) Sulawesi adalah sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, migas, dan pertambangan nasional. Dengan fokus pengembangan kegiatan ekonomi utamanya berupa perikanan, kakao, pertanian pangan, nikel, dan migas. (cr-21)

- See more at: http://harian-pelita.pelitaonline.com/cetak/2014/02/11/kp3ei-monitoring-proyek-mp3ei#.U2kyBeNdVLQ

Siapkan Megaproyek Untuk Dukung Sulbar Sebagai Kawasan Agroindustri

Jakarta, EnergiToday -- Mulai 2014, pemerintah akan bangun beberapa megaproyek di Sulawesi Barat. Seluruh proyek akan menelan dana lebih dari Rp 21 triliun. Dana tersebut berasal dari pemerintah pusat dan dukungan swasta.

Beberapa proyek tersebut diantaranya, jalan arteri Mamuju, PLTA Tumbuan Kalumpang, PLTU Belangbelang, pabrik minyak goreng di Pasangkayu, Depo Pertamina, Pengemasan Semen Bosowa, rumah sakit internasional tipe B, serta Bandara Sumarorong Mamasa.

Peletakan batu pertama proyek itu dilakukan oleh Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, dan Menteri Kedaulatan dan Perikanan, Sharif C Sutardjo.

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang hadir dalam acara itu menyatakan, setelah Sulbar menjadi provinsi sendiri, daerah itu terus berkembang dari agroekonomi ke arah agroindustri. "Untuk mendukung ke arah sana, butuh pembangunan infrastruktur dan dukugan energi," ujar Jusuf Kalla, seperti dilansir Harian Media Indonesia, Selasa (11/2).

http://energitoday.com/2014/02/11/siapkan-megaproyek-untuk-dukung-sulbar-sebagai-kawasan-agroindustri/

Sinkronisasi Program Pembangunan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral di wilayah Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Indonesia Timur


Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral telah melakukan kegiatan Sinkronisasi Program Pembangunan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral di wilayah Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Indonesia Timur, yang dilakukan bertahap sejak tanggal 20 Juli 2006 sampai tanggal 7 September 2006.

Acara Sinkronisasi diikuti oleh Dinas Pertambangan dan Energi dan Bappeda Provinsi, Unit-unit di lingkungan DESDM, BP Migas, BPH Migas, Pertamina (Persero), PT PLN (Persero) serta PT PGN (Persero) untuk wilayah Jawa dan Sumatera.

Dari hasil Sinkronisasi program tersebut dihasilkan kesimpulan dan kesepakatan , antara lain :

1. Umum


a.Perlu dibentuk Forum Energi Daerah untuk menindaklanjuti Kebijakan Energi Nasional.

b.Banyaknya kendala dalam penyusunan produk hukum pertambangan dan energi di daerah.

c.Perlu pemberdayaan daerah melalui pemberdayaan pelaksana inspeksi tambang (PIT) daerah, pemberdayaan kelembagaan daerah dalam mengelola mineral melalui pemberian bantuan peralatan, peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan yang informatif dan jumlah yang memadai, perlunya pola diklat terstruktur berbasis kompetensi untuk segera diimplementasikan.

d.Keputusan MESDM tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Urusan Tertentu di Bidang ESDM kepada Gubernur diperlukan sebagai acuan dalam mengalokasikan dana dekonsentrasi agar dapat digunakan untuk kegiatan yang bersifat fisik.

2. Bidang Minyak dan Gas Bumi


a.Isu distribusi BBM menjadi topik yang selalu muncul di tiap daerah baik yang terkait dengan bidang pengawasan, kelangkaan BBM, maupun kekurangan kuota. Beberapa usulan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah perlunya dibentuk unit pelaksana teknis di daerah atau BPH Migas di tingkat daerah, perlunya kajian penyediaan dan distribusi BBM termasuk kelangkaan BBM, pembangunan depo Mamuju, data kebutuhan BBM riil di tiap daerah, perlunya landasan hukum bagi daerah dalam pengawasan distribusi BBM, usulan peninjauan kembali Kepmen No. 1454 Tahun 2000 tentang Pelimpahan Kewenangan Bidang Migas

b.Daerah berminat untuk mengelola sumur tua, untuk itu diperlukan aturan mengenai pengelolaan sumur tua. Selain itu diperlukan data dan informasi potensi migas di Ambalat, dan blok Rote, rencana studi cekungan di Lombok Utara, potensi lapangan marginal dan brownfield, peraturan perundangan yang terkait dengan penawaran wilayah kerja.

c.Perlunya koordinasi dalam pengawasan pelumas bekas, penyelesaian tumpang tindih lahan baik diantara sektor ESDM maupun dengan sektor lain.

d.Pembangunan jaringan pipa gas Kaltim-Jateng agar dikaitkan dengan kebutuhan dan kontrak existing selain itu pembangunan jaringan transmisi dan distribusi gas bumi PT PGN di Riau agar dapat dinikmati oleh masyarakat sekitarnya.

e.Belum adanya kejelasan leading sector dan pengembangan infrastruktur, kebijakan harga dan sosialisasi di daerah untuk pengembangan biofuel.

f.Ditjen Migas agar dapat menjembatani Pemda dengan semua KKKS yang ada di daerah.

3. Bidang Listrik dan Pemanfaatan Energi


a.Isu penting di tiap wilayah adalah adanya krisis penyediaan tenaga listrik. Beberapa usulan yang muncul antara lain pemenuhan kebutuhan listrik pulau Jawa diusulkan dengan menggunakan panas bumi (PLTP), pembangunan kelistrikan oleh PT PLN termasuk lisdes agar dapat berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk pembangunan PLTA yang mengalami kendala pada hutan lindung, diusulkan pembentukan satker lisdes Sulawesi Barat, perlunya pembangunan sistem interkoneksi Sulawesi untuk meningkatkan kendala listrik, Pemda juga berharap agar pembangunan lisdes dapat dilakukan oleh Pemda.

b.Isu yang terkait dengan masalah administrasi adalah diusulkan untuk melakukan revisi pembangunan PLTS 10 WP ke 50 WP, pengalokasian anggaran khusus untuk biaya transportasi pengangkutan peralatan kelistrikan ke pedalaman dan usulan agar waktu pelaksanaan DIPA diperpanjang sampai dengan bulan April tahun berikutnya untuk wilayah Indonesia Timur mengingat kondisi alamnya.

c.Perlunya mengoptimalkan pelaksanaan Inpres 6 Tahun 2003 karena kondisi fasilitas ketenagalistrikan pasca konflik belum tertangani secara menyeluruh.

d.Diperlukan pengaturan pasca pembangunan PLTMH dan PLTS serta Ditjen LPE diharapkan dapat menyampaikan peraturan Dirjen LPE No 333-12/96/600.1/2006 tentang tata cara serah terima aset kegiatan energi baru terbarukan.

e.Perlunya kemudahan birokrasi/kemudahan perijinan pembangunan pembangkit.

4. Bidang Minerbapabum dan Geologi


a.Isu utama dari tiap daerah adalah kebutuhan air bersih, oleh karena itu kegiatan yang terkait dengan pengadaan air bersih perlu didukung seperti survei potensi air bawah tanah, peningkatan koordinasi dengan pemda untuk pemboran air bawah tanah.

b.Isu pengelolaan batubara antara lain adalah perlunya pembangunan pabrik briket skala kecil, perlunya jaminan pasokan batubara untuk energi pedesaan mengingat pengembangan energi alternatif pengganti minyak tanah di daerah pedesaan lebih tepat memakai batubara, perlu adanya contoh briket batubara yang memenuhi standar dan ramah lingkungan untuk penyuluhan, serta masih maraknya PETI.

c.Isu yang terkait dengan kebencanaan geologi antara lain perlunya peningkatan sosialisasi kebencanaan geologi, kurangnya tenaga dalam penanganan bencana geologi di daerah.

d.Minimnya data geologi dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan penataan ruang, kurangnya data sumber geologi di pulau-pulau kecil terluar dan wilayah perbatasan negara dan perlu dilakukan kegiatan bersama antara Pemerintah Pusat dan Daerah untuk pembuatan peta geologi skala 1 : 50.000.

e.Belum optimalnya pemanfaatan panas bumi dan perlunya RPP Panas Bumi segera diselesaikan.


KP3EI Lakukan Groundbreaking 6 Proyek di Sulawesi


MAMUJU, suaramerdeka.com - Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) melaksanakan groundbreaking di Sulawesi. Tercatat sebanyak 6 proyek dengan total nilai Rp 21 triliun. Sehingga secara total, seluruh investasi MP3EI yang telah groundbreaking di Sulawesi mencapai Rp 83,72 triliun, periode Mei 2011-Februari 2014.

"KP3EI sesungguhnya tidak berhenti hanya sampai pada tahap pelaksanaan groundbreaking saja. Kami akan terus melakukan monitoring kemajuan dari proyek-proyek MP3EI pasca-groundbreakingsampai pada tahapan operasional/produksi," ujar Ketua Harian KP3EI yang juga Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, di Mamuju, Sulawesi Barat, sebagaimana rilis yang diterima suaramerdeka.com, Senin (10/2).

Hatta merinci keenam proyek MP3EI yang di-groundbreaking di Sulawesi. Pertama, Mamuju Arteri Road untuk mendukung Pelabuhan Belang-Belang dengan sumber pendanaan berasal dari APBN. Kedua, PLTA Tumbuan Mamuju 450 MW, (sumber pendanaan dari PT Haji Kalla).

Ketiga, lanjut Hatta, adalah PLTU Belang-Belang 2x25 MW (PT Rekind Daya Mamuju). Keempat, Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PT Astra Group). Kelima, RSUD Provinsi Sulawesi Barat. Keenam, Dermaga BBM (Depo Pertamina) Belang-Belang.

( Marlin / CN38 / SMNetwork )

http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/news/2014/02/10/190531

Hatta: Kemajuan Sulbar Mendukung Alur Pelayaran yang Padat



Senin, 10 Februari 2014
Laporan: Johannes Nainggolan

HATTA RAJASA/NET

RMOL. Menteri Perekonomian, Hatta Rajasa, melakukan peresmian enam proyek yang sangat strategis bagi kemajuan Sulawesi Barat (Sulbar).

"Kita membangun infrastruktur jalan dan dua pembangkit listrik, dan yang terbesar adalah PLTA yang sangat kita perlukan tidak hanya untuk kepentingan pembangunan, dalam arti menyalurkan listrik ke perumahan, akan tetapi yang penting juga mendukung perindustrian sesuai dengan tema dari koridor Sulawesi," ungkap Hatta saat konferensi pers di kantor Gubernur Sulawesi Barat, Mamuju, Senin (10/2).

Selain pembangunan infrastruktur jalan Arteri Road untuk mendukung pelabuhan Belang-Belang dan pembangkit listrik tenaga Air dan Uap, lanjut Hatta, di daerah Mamuju juga dibangun dermaga depo BBM Pertamina yang tidak kalah pentingnya untuk menyuplai energi ke Sulbar.

Tidak hanya itu, pentingnya percepatan pembangunan di kawasan Sulbar adalah untuk mendukung sinergitas geo strategis dan geo politik Indonesia sebagai negara berkembang.

"Adanya infrastruktur, maka masyarakat mudah untuk melakukan aktivitas ekonominya. Kemajuan kawasan ini akan menarik para investor asing dan nantinya kawasan tersebut bisa mendukung bagi alur pelayaran yang sangat padat," pungkasnya. [ald]

http://ekbis.rmol.co/read/2014/02/10/143296/Hatta:-Kemajuan-Sulbar-Mendukung-Alur-Pelayaran-yang-Padat-

Empat Menteri Dijadwalkan Resmikan Mega Proyek Sulbar


Minggu, 19 Januari 2014 09:55
Oleh: Mardikanto

Gubernur Sulawesi Barat, Anwar Adnan Saleh di Mamuju.Foto: Antara



Mamuju, Sayangi.com - Empat mega proyek di Provinsi Sulawesi Barat dijadwalkan akan diresmikan empat menteri negara pada bulan Maret tahun 2014.




"Sebanyak empat menteri, yakni Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Kesehatan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral serta Menteri Perhubungan akan berkunjung ke Sulbar pada bulan Maret tahun 2014," kata Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Kamis (19/1).




Ia mengatakan, empat mentri tersebut akan meresmikan empat mega proyek pembangunan yang dibangun di Sulbar pada tahun 2014.




Menurut dia, empat mega proyek itu adalah jalan arteri yang akan dibangun mulai dari kantor Gubernur Sulbar, sampai Bandara Tampapadang, Mamuju, sepanjang 23 kilometer.




Proyek yang kedua adalah proyek pembangunan rumah sakit regional Sulbar yang akan menjadi rumah sakit rujukan dengan nilai pembangunan mencapai Rp132 miliar.




Kemudian, pembangunan depo pertamina di kawasan Pelabuhan Belang-Belang Mamuju, yang akan menyuplai kebutuhan bahan bakar minyak di wilayah Sulbar.




Selain itu adalah pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di kawasan Pelabuhan Belang-Belang Mamuju yang akan berkekuatan 300 megawatt dengan nilai investasi mencapai Rp10 triliun.




Ia mengatakan, pemerintah di Sulbar telah bersiap menyambut kedatangan empat Mentri tersebut dan masyarakat Sulbar akan mendukung program proyek tersebut dalam rangka meningkatkan pelayanan kebutuhan pembangunan agar Sulbar semakin maju dan berkembang. (ANT)


Pesawat di Bandara Mamuju Kesulitan Bahan Bakar




Mamuju (ANTARA News) - Pesawat di Bandara Tampapadang Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat kesulitan bahan bakar avtur.


Pelaksana Tugas Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Provinsi Sulbar, Nicolas Terrano di Mamuju, Jumat mengatakan, salah satu kendala di Bandara Tampapadang dalam rangka memaksimalkan transportasi udara adalah tidak tersedianya bahan bakar pesawat berupa avtur.


Karena itu, ia mengatakan, pemerintah akan membangun depot penampungan bahan bakar udara (PBBU) di kawasan Pelabuhan Belang-Belang Mamuju menggunakan anggaran APBN agar pesawat yang ada di Bandara Tampapadang Mamuju tidak lagi kesulitan avtur.


Ia mengatakan, dengan depo PBBU yang akan menyediakan avtur pesawat di kawasan Pelabuhan Belang-Belang Mamuju yang berjarak sekitar 10 kilometer Bandara Mamuju, diharapkan pesawat tidak lagi kesulitan avtur.


"Penerbangan akan semakin maksimal di Bandara Mamuju dan pesawat yang masuk tidak akan kesulitan lagi mendapatkan bahan bakar avtur seperti selama ini. Itu juga akan mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pembangunan daerah ini," katanya.


Menurut dia, selain membangun depot PBBU di Sulbar juga akan membangun panjang landasan pacu Bandara di Mamuju dari sekitar 2.250 meter sekarang menjadi 2.500 meter.


Selain itu, kata dia, juga menambah ketebalan landasan pacu sekitar 5 centimeter lagi dan menambah lebarnya menjadi sekitar 45 meter.


Menurut dia, anggaran pembangunan Bandara Mamuju untuk melengkapi segala kebutuhan sarana dan prasarana mencapai Rp62 miliar tahun 2012.


Ia mengatakan, Bandara Mamuju juga akan dilengkapi sarana komunikasi yang akan mampu menjangkau seluruh bandara yang ada pada seluruh daerah di Indonesia bahkan internasional.


"Akan dibangun sarana alat komunikasi yang lebih canggih di Bandara Tampapadang Mamuju pada 2012 untuk melengkapi fasilitas yang ada di bandara tersebut," katanya.


Ia mengatakan, alat komunikasi yang dimiliki selama ini tidak cukup memadai karena hanya mampu berkomunikasi dengan pesawat ketika akan mendarat.


"Butuh alat komunikasi yang lebih canggih di Bandara Tampapadang Mamuju berupa alat komunikasi yang mampu menjangkau seluruh bandara di Indonesia dan bahkan dunia internasional," katanya.


Menurut dia, alat komunikasi itu dibutuhkan agar fasilitas Bandara Tampapadang menunjang dalam melayani rute penerbangan ke sejumlah daerah Indonesia karena selama ini rute penerbangan di Bandara Mamuju hanya menuju Makassar Provinsi Sulsel. (T.KR-MFH/S023)

2014 Mamuju Bangun Depo Pertamina

Selasa, 31 Desember 2013



Truk tangki sedang mengisi bahan bakar minyak (BBM) di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta, Senin (23/12). (Republika/Aditya Pradana Putra)


A+ | Reset | A-



REPUBLIKA.CO.ID,MAMUJU--Gubernur Provinsi Sulawesi Barat menyatakan pembangunan depo Pertamina di kawasan Pelabuhan Belang Belang, Kabupaten Mamuju dimulai 2014.




"PT Pertamina telah menyatakan akan segera membangun depo pertamina di pelabuhan Mamuju pada awal tahun 2014 mendatang," kata Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Selasa.




Ia mengatakan, pemerintah di Sulbar sudah lama dijanjikan akan dibangunkan depo tempat penampungan bahan bakar minyak (BBM) oleh Pertamina, di kawasan pelabuhan Belang Belang Mamuju sejak 2010, namun itu belum juga dibangun Pertamina.




Padahal lanjutnya depo pertamina sangat penting dan dibutuhkan masyarakat agar seluruh wilayah Sulbar tidak lagi mengalami kelangkaan BBM.




"1,5 juta penduduk Sulbar dirugikan akibat sering terjadinya kelangkaan BBM, ini menjadi masalah dari tahun ketahun akibat tidak adanya depo pertamina yang dibangun," katanya




Menurut dia, selama ini BBM di Sulbar didistribusikan dari Depo Pertamina Pare-Pare, Provinsi Sulawesi Selatan, yang jaraknya mencapai 300 kilometer sehingga kondisi itu membuat BBM sering terlambat dipasok ke Mamuju sehingga seringkali terjadi kelangkaan BBM.




"Depo pertamina BBM sangat butuh dibangun di Sulbar oleh Pertamina agar masalah kelangkaan BBM tidak lagi terjadi di Sulbar," katanya.




Oleh karena itu ia mengatakan, janji pertamina membangun depo di Sulbar tahun 2014 sangat diapresiasi pemerintah di Sulbar dan berharap itu dapat diwujudkan.




Ia mengatakan, Pertamina sebelumnya telah menjanjikan membangun depo Pertamina di kawasan Pelabuhan Belang Belang Mamuju dengan kapasitas 10 ribu ton dan anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp180 miliar.






http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diy-nasional/13/12/31/myn0qe-2014-mamuju-bangun-depo-pertamina

Gubernur Anwar Kesal Depo Pertamina Tak Kunjung Dibangun

Sabtu, 14-09-2013 22:01





Anwar Anan Saleh (Foto: mamasa-online.blogspot.com)


Jakarta, Aktual.co — Gubernur Provinsi Sulawesi Barat kesal karena pembangunan depo Pertamina di kawasan Pelabuhan Belang Belang, Kabupaten Mamuju terlambat.




"Pemerintah di Sulbar sudah lama dijanjikan akan dibangunkan depo tempat penampungan bahan bakar minyak (BBM) oleh Pertamina, di kawasan pelabuhan Belang Belang Mamuju," kata Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Sabtu (14/9)




Namun, kata dia, hingga saat ini depo Pertamina yang dijanjikan akan dibangun sejak 2010 itu belum juga dibangun Pertamina.




Padahal lanjutnya depo pertamina sangat penting dan dibutuhkan masyarakat agar seluruh wilayah Sulbar tidak lagi mengalami kelangkaan BBM.




"1,5 juta penduduk Sulbar dirugikan akibat sering terjadinya kelangkaan BBM, ini menjadi masalah dari tahun ketahun akibat tidak adanya depo pertamina yang dibangun," katanya.




Menurut dia, selama ini BBM di Sulbar didistribusikan dari Depo Pertamina Pare-Pare, Provinsi Sulawesi Selatan, yang jaraknya mencapai 300 kilometer sehingga kondisi itu membuat BBM sering terlambat dipasok ke Mamuju sehingga seringkali terjadi kelangkaan BBM.




"Depo pertamina BBM sangat butuh dibangun di Sulbar oleh Pertamina agar masalah kelangkaan BBM tidak lagi terjadi di Sulbar," katanya.




Ia mengatakan, Pertamina sebelumnya telah menjanjikan membangun depo Pertamina di kawasan Pelabuhan Belang Belang Mamuju dengan kapasitas 10 ribu ton dan anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp180 miliar. (Ant)


Faizal Rizki






http://www.aktual.co/ekonomibisnis/190102gubernur-anwar-kesal-depo-pertamina-tak-kunjung-dibangun